Hore akhirnya kami sampai di Restauran es krim Ragusa!!!!!! Akhirnya ngadem juga⦠Di depan restauran ini terdapat banyak pedagang yang menjual berbagai macam makanan. Ada sate ayam, gado-gado, es campur dan lain-lain. Suasana di dalam restauran saat itu lumayan ramai. Mungkin karena kami datang tepat pada saat jam makan siang. Banyak orang kantoran datang silih berganti untuk sekedar hang out atau makan siang disana. Biasanya sih pelanggan memesan makan besar dulu dari depan lanjut dengan es krim ragusa sebagai penutupnya. Saya dan Tari pun memesan sate ayam sebagai hidangan utama. Tiba-tiba ada 3 orang bule datang. Saya jadi merasa seperti balik ke zaman dulu saat masih ada menir-menir Belanda. Entah mengapa :p
Saya memesan es krim ragusa one scoop saja dengan rasa chocolate sundae. Wuihhh rasanya segarrr banget! Ditaburi dengan kacang dan coklat siram diatasnya menambah rasa es krim menjadi semakin nikmat. Tak ketinggalan kami mencoba kroket kentang yang berukuran jumbo karena merasa penasaran. Kok hampir semua orang pesan? Itu apa? Ternyata enak! Isi kroket ada daging,kentang dan wortel. Saya sih gak terlalu suka dengan saus sambalnya dan oh ya es teh manisnya terlalu manis. Saya anjurkan untuk memesan air putih saja πΒ hehe
(Es krim chocolate sundae ragusa taken by me)
Tidak terasa adzan zuhur sudah berkumandang. Saya dan Tari bergegas pergi ke masjid Istiqlal yang tidak jauh dari situ. Suasana masjid sangat tenang dan segar. Lagi-lagi ini adalaha pertama kalinya saya menginjakkan kaki di masjid terkenal itu. Kami berdua di sambut oleh bapak pengurus masjid yang sangat ramah. Setelah sholat kami pergi keluar dan tampak dua lelaki bule yang sedang mencopot sepatunya dan minta izin ke pak penjaga masjid untuk masuk. Saya dan Tari berdoa semoga dua bule ini diberi hidayah dan mau pindah agama saat itu juga :p hahaha
(Masjid Istiqlal taken by me)
Saat keluar dari masjid kami berdua entah dari mana mendapat gagasan sinting nan random untuk iseng-iseng mengunjungi greja katedral yang terletak tepat di depan masjid. Mulanya saya agak ragu apa boleh kami masuk. Tari bilang santai aja jangan gugup. Hahahah betul juga. Kami masuk dan suasana amat lengang di dalam gereja. Hanya ada 3 orang sedang duduk dan satu orang sedang berdoa di depan patung yesus. βOhh ini ya dalemnya gereja. Jadi begini cara mereka berdoa,β ucap saya dalam hati. Saya merasa unik ketika mendengarkan adzan ashar di dalam gereja. Begitu keras dan lantang. Sementara para jemaat tetap khusyuk dan tidak bergeming. Kami pun meninggalkan gereja untuk destinasi terakhir.
(Gereja Katedral taken by me)
Hari semakin mendung dan kami tidak mengurungkan niat untuk mengunjungi museum Fatahillah yang terdapat di Kota. Banyak yang bisa di lakukan di sana. Naik sepeda ontel, masuk ke museum-museum atau hanya sekedar foto. Sesampainya kami disana ternyata benar dugaan saya. Museum sudah tutup karena sudah pukul 5 sore. Sayang sekali π¦
Kami memutuskan untuk nongkrong dan makan di cafe Batavia, cafe jadul yang telah ada sejak lama. Isi restauran klasik ini semua hanya bule. Sempat saya melihat ada orang bule sedang di wawancara oleh Metro TV. Kami pun makan malam disana sambil bercerita soal kisah-kisah menyeramkan. Mumpung tempat dan hawanya pas π
Hari itu lebih dari menyenangkan menurut saya. Banyak pelajaran yang bisa saya ambil. Saya kembali bertanya kepada diri sendir. Mengapa saya begitu suka pergi ke Mall yang isinya hanya itu-itu aja padahal ada museum dan tempat bersejarah di Indonesia yang jauh lebih menarik. Mengapa orang luar negri lebih peduli dengan sejarah negara ini ketimbang kita orang asli? Tidak ada hari ini tanpa hari kemarin. Sejarah mengajarkan kepada kita untuk selalu ingat kepada apa yang menjadi kesalahan di masa lampau dan tidak mengulangnya. Indonesia begitu kaya tetapi kita yang kurang bisa mempergunakan kekayaan tersebut secara bijak.
βSelalu ada yang bisa mengerikan dalam hubungan kita dengan sejarah. Tapi pada saat yang sama, selalu ada yang membuat masa lalu berharga justru dalam kerapuhan manusia (Caping 5, h.491) β Goenawan Mohamad
Leave a Reply